Ilustrasi Rapat Dengar |
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang diiringi oleh kemajuan teknologi, sejarah peradaban manusia telah membuktikan bahwa salah satu penyebab yang menentukan keberhasilan dan kemajuan suatu negara adalah faktor kepemimpinan.
Kukuh atau tidaknya, maju atau mundurnya suatu negara sangat terpengaruh oleh kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan tulang punggung sebuah negara, karena tanpa kepemimpinan yang ideal akan sulit tercapainnya sebuah tujuan.
Kepemimpinan yang berkualitas pada hakekatnya selalu didukung oleh bawahan yang memiliki dedikasi, loyalitas dan disiplin yang tinggi, karena tidak mungkin tugas-tugas sebuah negara hanya dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Kepemimpinan merupakan sebuah instrumen dalam upaya mempengaruhi dan mengendalikan seseorang atau kelompok agar mau berkerjasama dalam mencapai tujuan tetentu.
Selain itu, kepemimpinan juga sangat urgen dalam menggerakkan suatu organisasi, jika tidak, sebuah organisasi akan lumpuh tak berdaya bagaikan singa yang tidak memiliki taring.
Jadi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu dan terpenting.
Sudah tidak diragukan lagi, kepemimpinan merupakan penentu dari segala hal dan pencapai segala tujuan, hidupnya sebuah negara ada ditangan pemimpin, tetapi kenapa masih banyak terjadinya kemunduran dan mengalami perubahan negatif, bahkan berujung mati?
Itu disebabkan karakter dan gaya kepimimpinan yang tidak terpenuhi syarat secara komprehensif.
Sejatinya, karakter dan gaya kepemimpinan adalah sebuah roh yang menggerakkan, menjalankan dan menindaklanjuti sebuah negara.
Beberapa Karakter Ideal Dalam Kepemimpinan
Untuk lebih jelasnnya penulis ingin menguraikan beberapa karakter dan gaya kepemimpinan yang ideal menurut pandangan syariat islam :
A. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sebuah keadaan dalam menanggung segala sesuatu, Bisa dimaknai dengan kesadaran seseorang akan kewajiban yang dipikulnya.
Wewenang dan tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan untuk keberlangsungan sebuah negara atau organisasi.
Manusia diciptakan Allah memiliki dua tugas, pertama, sebagai hamba beribadah kepada Allah sebagai bentuk menjalankan tanggung jawab selaku hamba.
Kedua, sebagai pemimpin yang memiliki jabatan sebagai pengganti Allah dalam mengurus alam.
Dengan kata lain, hamba berpangkat pemimpin berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, tidak berbuat kezhaliman dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya atau rakyat yang dipimpinya.
Tanggung jawab merupakan amanah dari Allah yang sungguh besar dan berat, Oleh karena itu semua makhluk yang ada di bumi dan langit menolak yang sebelumnya telah Allah tawarkan kepada mereka.
Akan tetapi manusia berani menerima amanat tersebut, padahal berpotensi mengingkari amanat tersebut, seperti firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 72 :
عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.
Seorang pemimpin bukan hanya memimpin tetapi harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap negaranya.
Artinya, bertanggung jawab atas amanat yang telah dibebaninya baik tanggung jawab terhadap dirinya dan juga negara yang dipimpinnya.
Tanggung jawab merupakan beban yang sangat berat dan dituntut untuk menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya, karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban kelak dihari kiamat.
Rasulullah dalam sabdanya mengingatkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.
Maka jalankan amanat ini dengan baik, jujur, adil, tidak melakukan kezalimanan dan bijaksana sehingga terlepas dari persoalan hari akhirat kelak.
B. Adil
Adil secara terminologis “mempersamakan” sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai atau ukuran sehingga tidak berat salah satu.
Sikap adil bisa dimaknai sebagai satu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang kurang atau lebih, tidak ada ketimpangan dan pilih kasih.
Sikap adil lebih dekat maknanya dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak berpihak atau berat sebelah. Kata lain, sikap adil berperilaku berdasarkan hak dan berpegang teguh pada kebenaran.
Sikap adil bukan hanya pada pimpinan sebuah negara, sebuah organisasi, sebuah lembaga tetapi sikap adil ini juga dipundakkan bagi kepala keluarga karena berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban terkait diberikan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu hukum berdasarkan amanah harus ditetapkan secara adil.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-nisa ayat 58 :
اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ
Artinya : hendaklah memutuskan perkara diantara manusia dengan dasar keadilan dan obyektif.
Ali bin Abi Thalib atau dikenal dengan Amirul Mukminin berkata :
إِنَّ الْعَدْلَ مِيْزَانُ اللهِ سُبْحَانَهُ الَّذِيْ وَضَعَهُ فِي الْخَلْقِ، وَنَصَبَهُ لِإِقَامَةِ الْحَقِّ، فَلاَ تُخَالِفُهُ فيِ مِيْزَانِهِ، وَلَا تُعَارِضُهُ فِي سُلْطَانِهِ
Artinya : Keadilan merupakan neraca Allah yang diterapkan pada makhluknya dan menetapkannya agar terbangunnya perkara yang hak maka jangan bersikap curang pada timbangannya dan jangan menyimpang pada kerajaannya. ( ميزان الحكمة) 5/388
Di balik ancaman terhadap pemimpin yang tidak bersikap adil dalam pemerintahannya ternyata terdapat segudang pahala emas yang dijanjikan terhadap pemimpin yang bersikap adil sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
عَدْلُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً، قِيَامَ لَيْلِهَا، وَصِيَامَ نَهَارِهَا، وَجَوْرُ سَاعَةٍ فِي حُكْمٍ أَشَدُّ وَأَعْظَمُ مِنْ مَعْصِيَةِ سِتِّينَ سَنَةً
Artinya : Adil sesaat lebih utama dari pada beribadah 60 tahun dan lebih baik dari Qiyamul lail dan puasa pada pagi hari, sedangkan ketidakadilan sesaat dalam memutusi hukum lebih berat dan berbahaya dari pada maksiat 60 tahun.
C. Musyawarah
Interaksi antara pemimpin dengan bawahan merupakan sebuah keniscayaan, untuk mewujudkan sebuah gagasan/qanun, pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalah memerlukan musyawarah antar sesama.
Sikap musyawarah bisa menepis sikap yang buruk dalam kehidupan berorganisasi, seperti sikap otoriter atau kesewenangan-wenangan, bagaimana tidak.
Rasulullah SAW gemar menempuh jalan musyawarah dan melakukan praktek ini bersama sahabatnya.
Bahkan beliau orang yang paling banyak bermusyawarah. Rasulullah bermusyawarah diperang Uhud, di perang Badar dan perang Khandak, usai perang badar Rasulullah menanyakan perihal tawanan pada sahabatnya.
Beliau pernah mengalah dan mengambil pendapat pemuda agar membiasakan mereka bermusyawarah.
Musyawarah adalah jalan keluar dari berbagai masalah, bagaimana tidak, sangat banyak dalil yang menganjurkan untuk bermusyawarah.
Berikut dalil yang membuktikan bahwa musyawarah adalah hal yang harus diutamakan dalam berbagai hal :
Firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 159 :
وشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ
Artinya : musyawarahlah kamudengan mereka dalam urusan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
المشُوْرَةُ تُحَصِّنُ الآرَاءَ
Artinya : Musyawarah pada sebuah perkara dapat melindungi segala aturan. (Nasaihul ibad 58, Cet. Darul kitab Islamiah)
Beliau juga bersabda :
المشُوْرَةُ حَصْنٌ مِنَ الْنًّدَامَةِ وَأَمَانٌ مِنَ اْلملاَمَةِ
Artinya : Musyawarah dapat terbentengi dari penyesalan dan melindungi dari pada berbagai celaan/cercaan. (Nasaihul ibad 58, Cet. Darul kitab Islamiah)
Amirul Mukminin berkata :
نِعْمَ الموَازَرَةُ المشَاوَرَةُ , بِئْسَ الأِسْتِعْدَادُ الأِسْتِبْدَادُ
Artinya : sebaik-baik kolaborasi adalah musyawarah dan sejelek-jelek persiapan adalah sikap otoriter(sewenang-wenang). (Nasaihul ibad 58, Cet. Darul kitab Islamiah)
D. Amanah
Amanah adalah menjaga sesuatu yang dititip dan dipercayakan kepadanya, Amanah artinya dipercaya dan seakar dengan kata Iman.
Sehingga semakin menipis iman seseorang maka semakin pudar sifat amanah padanya, antara keduanya saling memiliki ikatan yang kuat, Rasulullah SAW bersabda :
لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji.”(HR. Ahmad).
Allah memerintahkan kita untuk menjaga amanat, dari segi hambanya amanah tersebut adalah menunaikan perintah dan menjahui larangannya, dari segi pemimpin amanah tersebut adalah bertanggung jawab atas jabatan yang dipegangnya, sebagaimana firman Allah :
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ
Artinya : Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya : janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu
Lawan dari kata amanah adalah khianat, yaitu tidak menjalani amanat dengan baik dan benar atau tidak menjalankan sebagaimana tutunan syariat kepadanya.
Ubaidullah bin Ziyad menjenguk Ma'qil bin Yasar yang sedang sakit dan mendekati kematian, Ma’kil pun berkata, “ saya samaikan hadist kepadamu yang aku dengan dari rasulullah”. Rasulullah bersabda :
ما مِن عَبْدٍ اسْتَرْعاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْها بنَصِيحَةٍ، إلَّا لَمْ يَجِدْ رائِحَةَ الجَنَّةِ
Artinya : Tidaklah seorang hamba yang diberi amanat kepemimpinan, namun tidak menindaklanjuti dengan baik, terkecuali dia tidak akan mencium bau surga” (Bukhari)
قال :رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Artinya : tidaklah seorang hamba yang diberi jabatan memerintah urusan rakyat dan mati dalam keadaan menipu rakyat terkecuali, allah haramkan atasnya syurga.
Karakter dan gaya kepemimpina yang ideal adalah pemimpin yang menjalankan tugas sebagaimana tuntunan syariat dan tidak berbuat kezhaliman.
Sehingga negara dan bangsa ini akan maju berkembang dan kemungkaran akan sirna, kejahatan akan hilang, korupsi tinggal nama, dan tuntunan syariat akan makmur. Pemimpin yang adil mendapatkan derajat yang mulia sisi Allah.
wallahu a'lam bisshawab
Posting Komentar