Menyesal Dengan Kesalahan |
Manusia senantiasa diliputi oleh kesalahan. Kesalahan yang kita lakukan bukan berarti kita harus pesimis dan putus harapan. Karena sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang mau bertaubat dari kesalahannya.
Kesalahan bisa muncul dari mana saja. Baik dari kita sendiri, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, masyarakat bahkan setinggi apapun status sosialnya.
Artinya kesalahan
adalah hal wajar dan fitrahnya manusia. Sedangkan taubat adalah pilihan.
Namun, setiap kemungkaran yang kita saksikan tersebut apakah akan memberi efek yang sama terhadap orang yang tidak melakukannya karena bersikap cuek?
Mungkin ini sering
kita saksikan di masyarakat dan suatu komunitas. Banyak yang melakukan
kemungkaran dan kerusuhan di lingkungan tempat tinggal kita, tetapi tidak ada
yang berani menegur dan mengingatkan kedhalimannya.
Mungkin karena
pelaku tersebut memiliki kekuatan, kekuasaan, otoritas dan orang terpandang di
masyarakat.
Apakah itu akan
berbahaya bagi orang lain ketika tidak ada seorang pun yang mengingatkan mereka?
Iya. Sangat beresiko
hal tersebut kepada orang lain. Coba seandainya Allah memberi pelajaran kepada
pelaku kemungkaran sedangkan kita berada dalam komunitas mereka, pasti kita
akan tertimpa azab pula. Baca juga apakah takdir bisa berubah?
Lantas bagaimana sikap kita terhadap fenomena demikian? Apakah kita sama saja seperti mereka karena tidak saling mengingatkan? Kalau kita juga terkena bencana disebabkan oleh kedurhakaan mereka, apakah kita senasib dengan mereka dihadapan Allah?
Dilansir dari
kitab Mukhtasar Ibnu Abi Jamarah Li al-Bukhari karangan Imam Abdullah
Bin Abi Jamarah. Beliau menyebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Abdullah
Bin Umar RA. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila Allah
menurunkan azab kepada suatu kaum, niscaya azab tersebut akan menimpa seluruh orang-orang
yang berada dalam kaum tersebut. Kemudian dibangkitkan mereka berdasarkan
hitungan amalan-amalan mereka.”
Imam Muhammad Bin
Ali al-Syafi’i al-Syanwani menjelaskan hadis tersebut di dalam Hasyiyah Mukhtasar
Ibnu Abi Jamarah Li al-Bukhari bahwa:
jika ahli kaum
tersebut adalah orang yang baik maka akan mendapatkan balasan yang baik pula. Dan
jika orang tersebut adalah orang yang berbuat kemungkaran maka akan mendapatkan
balasan siksaan terhadap perbuatannya.
Beliau menyatakan bahwa azab yang menimpa orang shalih adalah sebagai pembersih dosa dari orang tersebut. Sedangkan azab yang menimpa orang fasik adalah siksaan bagi mereka. Baca Juga: Siapakah Malaikat Ruman Dan Apa Tugasnya
Maka dari pernyataan
di atas dapat dipahami bahwa semua manusia itu akan menanggung setiap amalan
yang dilakukannya. Tidak ada istilah pukul rata terhadap sebuah kondisi yang
melibatkan bencana massal dari Allah SWT.
Oleh karena
demikian, marilah kita menjaga diri sendiri, keluarga dan masyarakat kita agar
tidak mendapatkan cobaan dari Allah karena sikap cuek kita terhadap pelaku
kesalahan dan kemungkaran.
Kita harus
menyadari bahwa apa yang kita lakukan tidak hanya berefek pada diri kita
masing-masing. Tetapi juga akan berimbas terhadap lingkungan dan komunitas tempat
kita bernaung.
Cegahlah kemungkaran
semampu Anda dan sesuai dengan status sosial Anda, agar memperlancar urusan
bukan menambah masalah dengan langkah yang tidak terorganisir dan tepat sasaran.
Wallahu Musta’an.
Posting Komentar