aNJDzqMa0Kj3po49qxTqapPaQ1OOt1CMotfJqXkz
Bookmark

Cuek Dengan Kesalahan, Beresikokah?

Menyesal Dengan Kesalahan

Manusia senantiasa diliputi oleh kesalahan. Kesalahan yang kita lakukan bukan berarti kita harus pesimis dan putus harapan. Karena sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang mau bertaubat dari kesalahannya.

Kesalahan bisa muncul dari mana saja. Baik dari kita sendiri, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga, masyarakat bahkan setinggi apapun status sosialnya. 

Artinya kesalahan adalah hal wajar dan fitrahnya manusia. Sedangkan taubat adalah pilihan.

Namun, setiap kemungkaran yang kita saksikan tersebut apakah akan memberi efek yang sama terhadap orang yang tidak melakukannya karena bersikap cuek?

Mungkin ini sering kita saksikan di masyarakat dan suatu komunitas. Banyak yang melakukan kemungkaran dan kerusuhan di lingkungan tempat tinggal kita, tetapi tidak ada yang berani menegur dan mengingatkan kedhalimannya.

Mungkin karena pelaku tersebut memiliki kekuatan, kekuasaan, otoritas dan orang terpandang di masyarakat.

Apakah itu akan berbahaya bagi orang lain ketika tidak ada seorang pun yang mengingatkan mereka?

Iya. Sangat beresiko hal tersebut kepada orang lain. Coba seandainya Allah memberi pelajaran kepada pelaku kemungkaran sedangkan kita berada dalam komunitas mereka, pasti kita akan tertimpa azab pula. Baca juga apakah takdir bisa berubah?

Lantas bagaimana sikap kita terhadap fenomena demikian? Apakah kita sama saja seperti mereka karena tidak saling mengingatkan? Kalau kita juga terkena bencana disebabkan oleh kedurhakaan mereka, apakah kita senasib dengan mereka dihadapan Allah?

Dilansir dari kitab Mukhtasar Ibnu Abi Jamarah Li al-Bukhari karangan Imam Abdullah Bin Abi Jamarah. Beliau menyebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Abdullah Bin Umar RA. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila Allah menurunkan azab kepada suatu kaum, niscaya azab tersebut akan menimpa seluruh orang-orang yang berada dalam kaum tersebut. Kemudian dibangkitkan mereka berdasarkan hitungan amalan-amalan mereka.”

Imam Muhammad Bin Ali al-Syafi’i al-Syanwani menjelaskan hadis tersebut di dalam Hasyiyah Mukhtasar Ibnu Abi Jamarah Li al-Bukhari bahwa:

jika ahli kaum tersebut adalah orang yang baik maka akan mendapatkan balasan yang baik pula. Dan jika orang tersebut adalah orang yang berbuat kemungkaran maka akan mendapatkan balasan siksaan terhadap perbuatannya.

Beliau menyatakan bahwa azab yang menimpa orang shalih adalah sebagai pembersih dosa dari orang tersebut. Sedangkan azab yang menimpa orang fasik adalah siksaan bagi mereka. Baca Juga: Siapakah Malaikat Ruman Dan Apa Tugasnya

Maka dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa semua manusia itu akan menanggung setiap amalan yang dilakukannya. Tidak ada istilah pukul rata terhadap sebuah kondisi yang melibatkan bencana massal dari Allah SWT.

Oleh karena demikian, marilah kita menjaga diri sendiri, keluarga dan masyarakat kita agar tidak mendapatkan cobaan dari Allah karena sikap cuek kita terhadap pelaku kesalahan dan kemungkaran.

Kita harus menyadari bahwa apa yang kita lakukan tidak hanya berefek pada diri kita masing-masing. Tetapi juga akan berimbas terhadap lingkungan dan komunitas tempat kita bernaung.

Cegahlah kemungkaran semampu Anda dan sesuai dengan status sosial Anda, agar memperlancar urusan bukan menambah masalah dengan langkah yang tidak terorganisir dan tepat sasaran.

Wallahu Musta’an.

 

 

 

Posting Komentar

Posting Komentar