![]() |
Pemandangan udara Kota Makkah dengan Masjidil Haram dan Menara Abraj Al-Bait, menggambarkan kemegahan kota suci yang menjadi latar peristiwa Fathu Makkah. |
D alam sejarah panjang umat Islam, Fathu Makkah atau Penaklukan Makkah menjadi salah satu titik puncak kemenangan Nabi Muhammad saw. dan para sahabat.
Momen ini bukan hanya peristiwa militer, tapi juga simbol puncak dari kesabaran, kasih sayang, dan kekuatan moral Islam.
Setelah bertahun-tahun mengalami intimidasi, pemboikotan, hingga pengusiran dari tanah kelahiran, Rasulullah saw. akhirnya kembali ke Makkah dengan kepala tegak bukan sebagai balas dendam, tetapi sebagai pembawa rahmat.
Latar Belakang Fathu Makkah
Setahun setelah Perjanjian Hudaibiyah (6 H), kaum Quraisy melanggarnya.
Sekutu Quraisy, Bani Bakr, menyerang Bani Khuza’ah, yang merupakan sekutu kaum Muslimin.
Rasulullah menganggap tindakan itu sebagai pengkhianatan terhadap perjanjian damai.
Kaum Muslimin pun segera mempersiapkan diri untuk menyongsong kembali Makkah.
Ini bukan sekadar penaklukan, tapi juga misi pemurnian Ka’bah dari kemusyrikan.
Simak juga: Kisah misteri hilangnya Hajar Aswad selama 22 tahun
Persiapan Menuju Makkah
Pada tahun 8 Hijriyah (630 Masehi), Rasulullah menghimpun sekitar 10.000 pasukan Muslimin dari berbagai kabilah di Madinah dan sekitarnya.
Strategi utama Rasulullah adalah menjaga kerahasiaan dan menghindari konflik bersenjata sebisa mungkin.
Perjalanan dilakukan secara diam-diam, hingga mereka tiba di Marraz-Zahran, dekat Makkah.
Di sana, para sahabat menyalakan ribuan api unggun untuk menunjukkan kekuatan pasukan, sehingga intimidasi visual ini membuat Quraisy ketakutan.
Masuknya Islam dalam Qalbu Abu Sufyan
Salah satu tokoh penting Quraisy, Abu Sufyan bin Harb, datang menemui Rasulullah setelah mendengar kabar mendekatnya pasukan Muslimin.
Ia diterima dengan sikap lembut dan mulia. Rasulullah tidak menghukumnya, bahkan memuliakannya.
Nabi berkata:
“Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Siapa yang mengunci pintunya, maka ia aman. Siapa yang masuk ke Masjidil Haram, maka ia aman.”
Sikap ini mengguncang hati Abu Sufyan dan akhirnya ia menyatakan keislamannya.
Baca juga; problema trendingnya haji jalan kaki
Masuknya Nabi ke Makkah
Pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah dan pasukannya masuk ke Makkah dari berbagai arah.
Tanpa perlawanan berarti, kota Makkah pun bertekuk lutut tanpa pertumpahan darah besar.
Hanya terjadi sedikit insiden kecil yang segera dikendalikan.
Nabi masuk ke dalam Masjidil Haram, mencium Hajar Aswad, lalu menghancurkan 360 berhala yang mengelilingi Ka’bah sambil membaca:
“Kebenaran telah datang, dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.”
Pengampunan Agung Nabi Muhammad
Salah satu momen paling menyentuh dalam Fathu Makkah adalah ketika Rasulullah berdiri di depan masyarakat Quraisy, orang-orang yang dulu mengusir, menyiksa, bahkan berusaha membunuhnya.
Dengan penuh kerendahan hati dan kelembutan hati, beliau berkata:
“Wahai orang-orang Quraisy! Menurut kalian, apa yang akan aku lakukan kepada kalian?”
Mereka menjawab: “Engkau adalah saudara yang mulia dan anak dari saudara yang mulia.”
Nabi pun berkata:
“Pergilah, kalian semua bebas!”
Kalimat “Idzhabuu, fa antumuth-thulaqaa” (Pergilah, kalian telah aku bebaskan) menjadi tonggak pengampunan terbesar dalam sejarah.
Tak ada pembantaian, tak ada pembalasan.
Simak juga: Kisah Ibnu Hajar menimba emas dari sumur zam-zam
Dampak Fathu Makkah
Islam Menjadi Kekuatan Utama di Jazirah Arab
Penaklukan Makkah menandai berakhirnya dominasi Quraisy atas agama Jahiliyah.
Setelah itu, suku-suku Arab berbondong-bondong masuk Islam karena melihat keagungan Islam.
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah berbondong-bondong…”
Ka'bah Kembali ke Tauhid
Ka’bah yang semula dikelilingi oleh ratusan berhala akhirnya kembali menjadi pusat ibadah tauhid, sebagaimana yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Peneguhan Status Rasulullah sebagai Pemimpin Dunia
Fathu Makkah mengukuhkan posisi Rasulullah sebagai pemimpin sejati.
Bukan hanya pemimpin agama, tetapi juga pemimpin politik dan militer yang penuh kasih.
Strategi Dakwah yang Damai
Penaklukan Makkah menunjukkan bahwa strategi damai lebih efektif dalam menundukkan hati manusia dibandingkan kekuatan senjata.
Baca juga; kisah jamaah haji lumpuh yang ngesot dari Samarkand ke Baitullah
Kisah Tokoh-Tokoh Terkait
Abu Sufyan
Dulu musuh keras Islam, kini menjadi Muslim.
Ia membuktikan bahwa hati manusia bisa berubah ketika diperlakukan dengan rahmat.
Hindun binti Utbah
Istri Abu Sufyan, yang pernah menyewa pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, juga masuk Islam setelah menyaksikan akhlak Rasulullah.
Bilal bin Rabah
Bilal, budak yang dulu disiksa di Makkah, kini naik ke puncak Ka’bah mengumandangkan adzan. Simbol keadilan sosial dalam Islam.
Pelajaran Penting dari Fathu Makkah
Kemenangan Sejati adalah Menaklukkan Hati
Rasulullah tidak membalas dendam. Ia justru memaafkan semua kesalahan Quraisy.
Inilah makna sejati dari rahmat bagi seluruh alam.
Kepercayaan Penuh kepada Janji Allah
Dari Hudaibiyah hingga Fathu Makkah hanya berselang dua tahun.
Janji Allah pasti ditepati, meski harus diawali dari jalan yang sulit.
Islam Menjunjung Kasih Sayang di Atas Segalanya
Tak ada paksaan, tak ada pemaksaan. Rasulullah justru memenangkan musuh dengan kelembutan dan kelapangan dada.
Pembersihan Ka’bah adalah Pembersihan Hati
Menghancurkan berhala bukan hanya tindakan fisik, tetapi pembersihan jiwa dari kemusyrikan dan keegoan.
Baca juga: Benarkah penyematan gelar Haji warisan kolonial?
Penutup
Fathu Makkah bukan sekadar penaklukan kota. Ia adalah kemenangan akhlak, cinta, dan keimanan.
Rasulullah saw. membuktikan bahwa Islam datang bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mengangkat derajat manusia.
Penaklukan ini menjadi titik balik peradaban, menjadikan Makkah sebagai pusat Islam hingga hari ini.
Posting Komentar