![]() |
Gambaran dramatis pasukan berkuda Muslim bersenjata tombak melaju di gurun, menggambarkan semangat perjuangan dalam Perang Hunain yang penuh ujian keimanan. |
S etelah kemenangan besar dalam Fathu Makkah, kaum Muslimin menghadapi tantangan baru di medan perang yang tak kalah sengit yaitu Perang Hunain.
Meski baru saja menaklukkan kota suci tanpa pertumpahan darah besar, ternyata kemenangan itu menguji keimanan dan sikap pasukan Muslimin.
Perang Hunain menjadi ujian atas kesombongan, kebergantungan pada jumlah, dan kemurnian tauhid, serta pelajaran penting bahwa kemenangan bukan karena jumlah, tetapi karena pertolongan Allah.
Latar Belakang Perang Hunain
Setelah Fathu Makkah, pengaruh Islam makin meluas. Namun, beberapa suku Arab di sekitar Makkah belum menerima Islam, terutama suku Hawazin dan Tsaqif.
Mereka merasa cemas atas kekuatan baru yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw., dan berencana menyerang balik sebelum Islam menguasai seluruh Hijaz.
Dipimpin oleh Malik bin ‘Auf an-Nashri, mereka memobilisasi pasukan besar, termasuk wanita, anak-anak, dan harta sebagai penambah semangat tempur.
Mereka berkumpul di lembah Hunain, antara Makkah dan Thaif, dan menyiapkan serangan mendadak.
Pasukan Muslimin dan Rasa Percaya Diri yang Berlebihan
Rasulullah saw. mengerahkan sekitar 12.000 pasukan, gabungan dari 10.000 pasukan Fathu Makkah dan 2.000 penduduk Quraisy yang baru masuk Islam.
Jumlah besar ini menimbulkan rasa percaya diri berlebihan di sebagian kaum Muslimin.
Mereka berkata:
“Hari ini kita tidak akan kalah karena jumlah.”
Ungkapan ini menunjukkan kecenderungan menggantungkan kemenangan pada kekuatan duniawi, bukan lagi sepenuhnya pada pertolongan Allah.
Baca juga: Kenapa surga diiming-imingi dengan bidadari?
Strategi Serangan Suku Hawazin
Suku Hawazin dan Tsaqif menyiapkan penyergapan di lembah sempit Hunain.
Mereka bersembunyi di balik bukit dan celah bebatuan.
Ketika pasukan Muslim mulai memasuki lembah di waktu fajar, mereka tiba-tiba diserang dari segala penjuru.
Kepanikan melanda pasukan Muslim. Sebagian besar pasukan kocar-kacir.
Hanya segelintir sahabat yang tetap bertahan di sekitar Nabi, termasuk Abu Bakar, Umar, Ali, Abbas, dan Khalid bin Walid.
Keberanian dan Seruan Rasulullah
Dalam situasi genting itu, Rasulullah saw. tidak mundur selangkah pun.
Beliau turun dari hewan tunggangannya dan berkata dengan suara lantang:
“Aku adalah Nabi, tidak dusta. Aku anak dari Abdul Muthalib!”
Beliau meminta Abbas bin Abdul Muthalib, yang suaranya lantang, untuk memanggil para sahabat Muhajirin dan Anshar yang telah melarikan diri.
Seruan itu menggugah hati mereka.
Dengan izin Allah, pasukan Muslim kembali berkumpul dan melancarkan serangan balik.
Baca juga: Aliran Khawarij dam sejarah berdarahnya
Kemenangan dan Kekalahan Musuh
Pasukan Hawazin dan Tsaqif yang semula percaya akan menang mutlak gugur satu per satu.
Sebagian besar melarikan diri, termasuk pemimpin mereka, Malik bin ‘Auf.
Kaum Muslimin berhasil merebut harta rampasan terbesar sepanjang sejarah dakwah Islam, termasuk:
- 6.000 tawanan
- 24.000 unta
- 40.000 kambing
- Banyak perak dan barang dagangan
Ini menjadi ghanimah (harta rampasan perang) terbesar sepanjang sejarah Islam kala itu.
Tawanan dan Pembagian Ghanimah
Rasulullah saw. membawa para tawanan dan harta rampasan ke lembah Ji’ranah untuk dibagikan.
Namun, sebelum pembagian, datanglah delegasi dari suku Hawazin memohon agar tawanan mereka dikembalikan.
Rasulullah memberikan pilihan kepada kaum Muslimin:
“Siapa yang ingin mengembalikan tawanan, maka itu adalah sedekah. Siapa yang ingin mempertahankannya, maka akan kami ganti.”
Sebagian besar sahabat dengan suka rela mengembalikan tawanan, dan sisanya menerima ganti rugi.
Ini menunjukkan keikhlasan dan akhlak luhur kaum Muslimin.
Pelajaran dari Perang Hunain
Jangan Percaya Diri pada Jumlah
Allah Swt. menegur kaum Muslimin atas kepercayaan diri yang berlebihan.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di banyak medan pertempuran, dan di Perang Hunain, ketika jumlahmu yang banyak itu membuatmu bangga…”
Keimanan yang Konsisten Diuji di Tengah Kemenangan
Hunain membuktikan bahwa kemenangan besar seperti Fathu Makkah bukan akhir dari perjuangan, tetapi awal dari ujian yang lebih berat.
Keteladanan Rasulullah dalam Situasi Krisis
Rasulullah tidak mundur ketika pasukan kacau. Rasulullah menunjukkan contoh sikap nyata.
Keberaniannya dan ketenangannya menjadi sumbu kebangkitan moral pasukan Muslim.
Allah Menentukan Kemenangan, Bukan Strategi
Meski strategi lawan kuat dan pasukan Muslim awalnya kacau, kemenangan tetap Allah berikan karena keimanan, taubat, dan persatuan.
Tokoh-Tokoh Kunci dalam Perang Hunain
Malik bin ‘Auf an-Nashri
Panglima perang suku Hawazin, ahli strategi yang berani tapi tak berhasil mengukur moralitas dan kekuatan spiritual kaum Muslimin.
Abbas bin Abdul Muthalib
Paman Nabi yang berperan penting memanggil pasukan Muslim yang sempat mundur.
Khalid bin Walid
Pemimpin pasukan sayap kanan Muslimin. Meski mengalami luka-luka, ia tetap bertempur gigih hingga akhir.
Penutup
Perang Hunain adalah pelajaran besar bahwa kemenangan bukan tentang angka, tapi tentang tauhid, akhlak, dan keteguhan hati.
Dalam sejarah Islam, perang ini menjadi titik balik spiritual pasca kejayaan duniawi di Fathu Makkah.
Posting Komentar